paypermails.com
richgoptr.com
workmails.org

Minggu, 04 Januari 2009

Abu Abdillah Utsman bin Affan

Beliau adalah Utsman bin Affan bin Abil Ash bin Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf. Sedangkan ibundanya adalah Arwa binti Kuraiz bin Rabi'ah bin Habib bin Abdi Syams. Wanita ini telah menyatakan dirinya sebagai seorang muslimah. Pada masa jahiliyah, Utsman memiliki kuniyah “Abu Amru”. Namun ketika dia memilki putra pada masa Islam dari Ruqayyah yang diberi nama Abdullah, maka nama kuniyah-nya berubah menjadi abu Abdillah.

Utsman telah memeluk agama Islam sebelum Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam menentukan pusat dakwahnya di rumah Al Arqam. Dia juga ikut hijrah ke negeri Abisina sebanyak dua kali. Ketika Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam terjun dalam perang Badar, dialah yang menggantikan Rasulullah untuk merawat putrinya yang bernama Ruqayyah ketika sedang menderita sakit. Maka, Rasulullah meenetapkan jatah rampasan perang untuk Utsman yang pada waktu itu absen dalam perang Badar. Dalam hal ini Utsman dianggap seperti orang yang ikut perang Badar.

Setelah Ruqayyah meninggal, maka Rasulullah menikahkan Utsman dengan putrinya yang lain lagi, yakni yang bernama Ummi Kultsum.1) Dalam hal ini Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam bersabda, “Seandainya aku masih memiliki putri yang ketiga, maka aku akan menikahkanya lagi dengan Utsman.” Oleh karena telah menikahinya dua orang putri Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam, maka Utsman mendapat julukan Dzun-Nurain (orang yang memiliki dua cahaya). Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam telah membaiatnya dengan cara menjabat tangannya sendiri ketika peristiwa Baiat Ridhwan.

Al Hafizh berkata di dalam kitab Al Fath (VII/67), “Sudah sangat masyhur kalau Utsman mendapat gelar Dzun-Nurain.” Khaitsamah meriwayatkan di dalam kitab Al Fadha'il dan Ad-Daruqthuni di dalam kitab Al Farad, bahwa pernah disebutkan nama Utsman di hadapan Ali. Ternyata Ali berkata, ” Dialah seseorang yang dipanggil dengan sebutan Dzun-Nurain di surga.”

Ciri Fisik Utsman

Utsman bin Affan adalah seseorang yang tinggi badannya sedang-sedang saja dan berkulit putih, namun ada juga yang mengatakan bahwa warna kulit Utsman adalah sawo matang. Dia adalah seorang laki-laki yang berkulit luar tipis, berwajah tampan, memilki tulang persendian yang besar, jarak antara kedua pundaknya lebar, berambut lebat, dan memilki jenggot yang diberi warna kuning.

Dari Al Hasan, dia berkata,”Aku telah melihat Utsman, ternyata dia adalah seorang laki-laki yang berwajah tampan. Dibagian atas pipinya terdapat tahi lalat kecil yang menonjol, dan rambutnya telah menutupi bagian hastanya.”

Putra-putri Utsman bin Affan

Di antara putra Utsman yang berasal dari Ruqayyah bernama Abdurrahman. Putranya yang lain adalah Abdullah Al Ashgar yang berasal dari istrinya yang bernama Fahkitah binti Ghazwan; Amru; Khalid, Aban, Umar dan Maryam, yang berasala dari istrinya yang bernama Ummu Amru binti Junzud dari kabilah Uzd; Al Walid, Sa'id dan Ummu Sa'id, yang berasal dari istrinya yang bernama Fathimah binti Al Walid; Abdul Malik yang berasal dari istrinya yang bernama Ummul Banin binti Uyainah bin Hashn; Aisyah, Ummu Aban dan Ummu Amru, yang berasal dari istrinya yang bernama Ramlah binti Syaibah bin Rabi'ah; Maryam yang berasal dari istrinya yang bernama Na'ilah binti Al Farafishah; dan Ummul Banin yang berasal dari istrinya, yang merupakan Ummu Walad.

Keutamaan Utsman

Dari Aisyah Ummul mukminin radhiyallahu 'anha, bahwa Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam pernah duduk dengan kondisi paha terbuka. Lalu Abu Bakar memohon izin untuk masuk dan Rasulullah tetap dalam kondisi semula. Kemudian Umar memohon izin untuk masuk sedangkan Rasulullah masih dalam kondisi seperti sedia kala. Namun ketika Utsman memohon izin untuk masuk, maka beliau segera menggeraikan pakaiannya. Ketika mereka semua berdiri, maka aku berkata, “Wahai Rasulullah, ketika tadi Abu Bakar dan Umar memohon izin untuk masuk menjumpai Anda, Anda telah mengizinkan keduanya dimana Anda tetap dalam posisi semula. Namun ketika Utsman yang memohon izin, maka Anda menggeraikan pakaian Anda. “Rasulullah bersabda, “Wahai Aisyah, apakah aku tidak merasa malu kepada seorang laki-laki dimana Allah dan para malaikat-Nya juga merasa malu kepadanya?”(HR. Muslim)2)

Dari Utsman bin Muhib, dia berkata: Ada seorang laki-laki penduduk Mesir melakukan ibadah haji. Lalu dia melihat ada beberapa orang sedang duduk-duduk. Dia pun bertanya, “Siapakah mereke itu?” Orang-orang menjawab, “Mereka itu adalah orang-orang suku Quraisy.” Lelaki itu kembali bertanya, “Siapakah syaikh diantara mereka?” Mereka menjawab, “Abdullah bin Umar.”Lelaki itu berkata, “Wahai Ibnu Umar, sesungguhnya aku akan bertanya kepadamu tentang sesuatu. Beritahukan kepadaku, apakah kamu menegetahui bahwa Utsman sempat melarikan diri pada waktu perang Uhud?” Ibnu Umar menjawab, “Ya.” Lelaki itu kembali bertanya, “Apakah kamu tahu bahwa dia tidak ikut hadir pada waktu perang Badar?” Ibnu Umar menjawab, “Ya.” Lelaki itu berkata lagi, “Apakah kamu juga tahu bahwa dia tidak iktu persitiwa Baiat Ridhwan?” Ibnu Umar menjawab, “Ya.” Maka lelaki itu berkata, ”Allahu Akbar.”

(Mendengar lelaki tersebut berkata seperti itu), Ibnu Umar berkata, “Kemarilah kamu, aku akan menjelaskannya untukmu!” Adapun kalau Utsman lari pada waktu perang Uhud, maka aku bersaksi bahwa Allah telah memaafkan dan mengampuninya. adapun kalau dia tidak hadir pada waktu perang Badar, maka itu karena dia harus mengurus putri Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam yang pada waktu itu sedang menderita sakit.” Lalu Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam bersabda kepadanya, ”Sesungguhnya kamu mendapatkan pahala dan jatah bagian perang seorang laki-laki yang ikut perang Badar.

Adapun Absennya beliau pada peristiwa Baiat Ridhwan, maka seandainya ada seseorang yang lebih mulia dilembah Makkah melebihi Utsman, pasti Rasulullah akan mengutus orang itu untuk menggantikan posisi Utsman. Namun, ternyata Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam telah mengutus Utsman, sedangkan peristiwa Baiat Ridhwan sendiri baru terjadi setelah kepergian Utsman ke Makkah. Rasulullah bersabda dengan (memeberikan isyarat) tangan kanannya. “Ini adalah tangan Utsman.” Lalu beliau mempertemukan tangan itu ke tangan yang satunya lagi sambil bersabda, “Ini (baiat) untuk Utsman.” akhirnya Ibnu Umar berkata kepada lelaki itu, “Sekarang, pergi-lah kamu dengan membawa keterangan ini.” (HR. Bukhari)

dari Abu Sa'ad Al khudri radhiyallahu 'anhu, dia berkata, “Aku melihat Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam mengangkat kedua tangannya untuk mendoakan Utsman mulai permulaan malam sampai dengan fajar terbit, “Ya Allah … Utsman. Aku ridha kepadanya, maka ridhailah dia'.”

Peringatan Rasulullah kepada Utsman Mengenai Apa yang Akan Terjadi Pada Dirinya

Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, dia berkata: Aku pernah berada disamping Nabi shallallohu 'alaihi wasallam. lalu beliau bersabda, ”Wahai Aisyah, andai saja ada orang yang memberitahu kita (tentang sesuatu).” Aku berkata, Wahai Rasulullah, apakah aku mengutus orang untuk menjemput Abu Bakar?” Rasulullah diam saja kemudian berkata, ” andai saja ada orang yang memberitahu kita di sisi kita.” Aku berkata, “apakah aku mengutus orang untuk menjemput Umar?” Rasulullah lagi-lagi diam. Lalu Rasulullah memanggil seorang pelayan yang ada di hadapan beliau. Rasulullah membisiki pelayan itu sehingga dia pun pergi.

Aisyah berkata, “Tiba-tiba Utsman datang memohon izin untuk masuk, Rasulullah memberinya izin, maka dia masuk sehingga dia dibisiki cukup lama oleh Nabi shallallohu 'alaihi wasallam. Setelah itu beliau bersabda, ”Wahai Utsman, sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla telah mengenakan sebuah pakaian kepadamu. Jika orang-orang munafik menghendaki dirimu melepas pakaian itu, maka janganlah kamu melepaskannya untuk mereka dan kamu tidak perlu berbaik-baik dengan mereka”. Rasulullah menyabdakan ucapan itu kepada Utsman sebanyak dua atau tiga kali.” (HR. Ahmad)3)

Dari Abu Musa radhiyallahu 'anhu: Aku pernah bersama-sama dengan Nabi shallallohu 'alaihi wasallam disalah satu kebun yang berada di Madinah. Lalu ada seorang laki-laki datang dan minta untuk dibukakan (pintu kebun itu). Maka Nabi shallallohu 'alaihi wasallam bersabda, ”bukakan -pintu untuk- dia dan berilah dia kabar gembira bahwa dia akan masuk surga!” Maka, aku membukakan pintu untuknya. Ternyata, dia adalah Abu Bakar. Maka, aku pun memberinya kabar kalau dia akan masuk surga. Setelah itu ada lelaki lain yang minta dibukakan lagi. Rasulullah bersabda, ”bukakankanlah dia dan berilah dia kabar gembira bahwa dia akan masuk surga!” Ternyata, lelaki itu adalah Umar. Aku membukakan (pintu) untuknya dan memberinya kabar bahwa dia akan masuk surga.

Kemuadian ada lelaki lain yang minta dibakakan pintu. Rasulullah sendiri ketika itu sedang merangkul kedua lututnya. Maka beliau duduk kemudian bersabda, ”Bukakanlah dia, dan berilah kabar gembira kalau dia akan masuk surga karena bencana yang akan menimpa dirinya.” Ternyata lelaki itu adalah Utsman. Aku membukakan (pintu) untuknya dan memberinya kabar gembira kalau dia akan masuk surga. Namun, juga aku memberitahu dia mengenai prediksi bencana yang bakal menimpa dirinya, sebagaimana yang disabdakan Rasulullah. Lalu dia pun berkata, “Hanya kepada Allah tempat memohon pertolongan.”4)

Dari Sahal bin Sa'ad radhuyallahu 'anhu, dia berkata, “Gunung Uhud pernah goncang. Sedangkan diatas gunung tersebut ada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Maka Nabi bersabda, 'tenanglah kamu, wahai gunung Uhud! Yang sedang berada di atasmu sekarang ini adalah seorang Nabi, seorang shiddiq, dan dua orang syahid'.”(HR. Ahmad)5)

Budi Pekerti dan Keutamaan Utsman

Dari Abu Salamah bin Abdirrahman, dia berkata: Utsman melihat orang-orang dari dalam gedung. Ketika itu dia sedang terkepung. Maka Utsman berkata, “Aku bersumpah dengan nama Allah, barangsiapa ikut menyaksikan keberadaan Rasulullah ketika berada diatas gunung Hira yang sedang berguncang, maka beliau menginjak gunung itu dengan kakinya. Setelah itu Rasulullah bersabda, ' tenanglah kamu, wahai gunung Hira! Yang berada di atasmu sekarang ini adalah seorang Nabi, seorang shiddiq, atau juga seorang syahid'. Sedang aku sendiri pada waktu bersama beliau.”

Lalu Utsman ditanyakan dan dicari oleh beberapa orang. Maka dia berkata, “Aku bersumpah dengan nama Allah, barangsiapa ikut bersama-sama Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam pada peristiwa Baiat Ridhwan, yaitu ketika beliau mengutus aku kepada orang-orang musyrik penduduk Makkah, maka beliau berkata, 'Ini adalah tanganku dan ini adalah tangan Utsman'. Lalu beliau menjabat tangannya membaiat untukku.”

Kembali ada beberapa orang yang bertanya dan mencari Utsman sehingga dia berkata, “Aku bersumpah dengan nama Allah, barangsiapa mendengar Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam bersabda, 'Siapa yang mau memperluas area masjid untuk kami dengan rumah ini, maka dia akan mendapatkan sebuah rumah di dalam surga', maka aku akan membeli rumah itu dengan hartaku sehingga bisa memperluas area masjid.”

Ada lagi beberapa orang bertanya kepadanya sehingga Utsman berkata, “Aku bersumpah dengan nama Allah, barangsiapa ikut hadir bersama-sama Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam pada waktu pasukan perang mengalami kondisi sulit, maka beliau bersabda, 'Barangsiapa mau berinfaq pada hari ini, naka dijamin infaqnya akan diterima?' maka aku menyediakan keperluan separuh pasukan perang dengan harta milikku.”

Beberapa orang kembali bertanya dan mencari Utsman sehingga dia berkata, “Aku bersumpah dengan nama Allah, siapa yang menyaksikan rumah yang menjual airnya untuk ibnu sabil (para perantau), maka aku akan membeli airnya dengan hartaku kemudian aku gratiskan untuk ibnu sabil.” Lalu masih saja ada beberapa orang yang bertanya dan mencari Utsman.(HR. Ahmad)6)

Dari Abdurrahman bin Habbab As-Sulaimi, dia berkata: Nabi shallallohu 'alaihi wasallam pernah berkhutbah. Lalu beliau menganjurkan (orang-orang agar berinfaq) untuk pasukan perang yang sedang dalam keadaan sulit, maka Utsman berkata, “Aku akan menyumbang 100 ekor unta sekaligus dengan pelana dan tempat untuk mengangkut barangnya.” Kemudian Rasulullah kembali menganjurkan (orang-orang untuk berinfaq). Maka Utsman kembali berkata, “Aku akan menyumbang 100 ekor unta lagi, sekaligus dengan pelana dan tempat untuk mengangkut barangnya.” Lalu Rasulullah menuruni anak tangga mimbar kemudian menganjurkan (orang-orang berinfaq untuk yang kesekian kalinya). Lagi-lagi Utsman berkata, “Aku akan menyumbang lagi 100 ekor unta beserta dengan pelana dan tempat untuk mengangkut barangnya.” Maka aku melihat Nabi shallallohu 'alaihi wasallam bersabda sambil menggerakkan tangannya, Utsman sudah tidak lagi wajib beramal setelah ini.” (HR. Abdullah bin Imam Ahmad)7)

Dari Az-Zubair bin Abdillah, dari neneknya yang bernama Ruhaimah, dia berkata, “Utsman telah melakukan puasa selama setahun dan senantiasa melakukan shalat pada malam hari. Dia hanya akan tidur pada malam bagian awal saja.” (HR. Imam Ahmad)8)

Dari Ibnu Sirin, dia berkata: Ketika utsman mati terbunuh, istrinya berkata, “Kalian telah membunuhnya, padahal dia senantiasa menghidupkan malam harinya dengan membaca Al Qur'an.” 9)

Dari Ibnu Sirin dia berkata: Ketika orang-orang mengepung Utsman bin Affan dengan niat akan membunuhnya maka istrinya berkata,”Terserah kalian akan membunuhnya atau membiarkannya tetap hidup. Yang jelas, dia senantiasa menghidupkan seluruh malam harinya dengan membaca ayat-ayat Al-Qur'an dalam raka'at shalat!”

1) Menurut para ulama, tidak pernah diketahui ada seseorang yang menikahi dua putri seorang Nabi kecuali hanya Utsman. Itulah sebabnya dia mendapakan julukan Dzun-Nurain. Dia juga termasuk orang yang pertama kali memeluk agama Islam, termasuk orang yang pertama kali melakukan hijrah, dan termasuk satu dari sepuluh orang yang dikabarkan akan masuk surga. Bahkan, Utsman termasuk satu dari enam orang yang diridhai Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam (dengan tegas dalam sabdanya) ketika beliau meninggal dunia….
2) Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim (Fadha'ilus-Shahabah/26) pada bab “Min Fadha'ili 'Utsman bin 'Affan radiyallahu 'anhu”.
3) Hadits ini berkualitas hasan dan diriwayatkan oleh Ahmad (VI/75-76) dan tirmidzi (3705). Bahkan Syaikh Al Albani juga telah menganggapnya sebagai hadits hasan.
4) Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari (3639) dan Muslim (Fadha'ilush-Shahabah/28) pada bab ”Min Fadha'ili 'Utsman bin 'Affan (keutamaan Utsman radhiyallahu 'anhu).”
5) Hadits inidiriwayatkan oleh Bukhari (3699) dari Anas, dan diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad (III/112).
6) Kualitas sanad hadits ini shahih. Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad (I/59). bahkan Syaikh ahmad Syakir (420) juga menganggap sanad-nya berkualitas shahih. Hadits ini memiliki beberapa riwayat penguat lainnya. Diantaranya adalah riwayat yang berasal dari An-Nasa'i dari hadits Al Ahnaf bin Qais (VI/46-47; VI/233,234,235). Begitu juga riwayat dari Tsamamah bin Jazn AL Qusyairi. Hadits ini juga diriwayatkan oleh An-Nasa'i (VI/235-236) dan Tirmidzi dalam kitab Al Manaqib (3703). Tirmidzi menganggap riwayat itu sebagai hadits yang berkualitas hasan.
7) Hadits ini berkualitas hasan dan diriwayatkan oleh Ahmad (IV/75) dan Tirmidzi (370). Keduanya meriwayatkan hadits ini dari As-Sakan bin Al Mughirah, dia berkata Aku diberitahu oleh Al Walid bin Abi Hisyam, dari Furqad bin Abi Thalhah, dari Abdurrahman bin Hubab. Barulah setelah itu dia menyebutkan redaksi tersebut. Imam Tirmidzi berkata, “Hadits itu hasan-gharib kalau dilihat dari sisi bahwa hadits itu hanya diriwayatkan oleh As-Sakan bin Al Mughurah.” Menurutku, As-Sakan bin Al Mughirah adalah seorang perawi yang bisa dipercaya. Hal ini sebagaiamana yang disebutkan oleh Al Hafidz di dalam kitab At-Taqrib.
8) Hadit ini telah diriwayatkan oleh Ahmad di dalam Az-Zuhud (123) dari jalur Hammad bin Khalid: Kami diberitahu oleh Az-Zubair bin Abdillah, dari neneknya yang bernama Umaimah.
9) Hadits ini telah diriwayatkan oleh Ahmad di dalam az-Zuhd dari jalur Abu Muawiyah, kami diberitahu oleh Ashim bin Ibnu Sirin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar