paypermails.com
richgoptr.com
workmails.org

Minggu, 04 Januari 2009

Abu Abdillah Zubair bin Awwam

Dia adalah Abu Abdillah Az-Zubair bin Awwam bin Khuwailid bin Asad bin Abdil Uzza bin Qushai bin Kilab. Ibunya bernama Shafiyah binti Abdul Muthalib, bibi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Wanita ini telah menyatakan dirinya sebagai pemeluk agama Islam. Az-Zubair sendiri tergolong pemeluk agama Islam pertama, yaitu ketika dia berusia 8 tahun. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa usianya ketika memeluk agama Islam adalah 16 tahun. Paman Az-Zubair telah menyiksanya dengan cara mengasapi tubuhnya agar dia mau meninggalkan agama Islam, namun Az-Zubair tetap teguh pada pendirirannya.

Dia ikut hijrah sebanyak dua kali ke negeri Abisina dan tidak pernah absen satu kali pun dalam peperangan yang diikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Dialah orang pertama yang menghubuskan pedang untuk jihad fi sabilillah. Pada waktu perang Badar, dia memakai kain kafan sebagai ikat kepala. Dia sendiri pada waktu itu berada di barisan sebelah kanan. Para malaikat telah turun persis dengan tanda-tanda yang dia miliki. Dia juga tetap setia bersama-sama dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada perang Uhud dan berbaiat kepada beliau untuk mati.

Ciri-ciri Fisik Zubair bin Awwam

Dia adalah seorang laki-laki berperawakan tinggi dan berkulit putih. Namun ada juga yang mengatakan bahwa perawakan Az-Zubair tidak termasuk sangat tinggi dan juga tidak tergolong pendek. Dia bukan termasuk orang yang berbadan gemuk. Ada yang mengatakan bahwa warna kulitnya sawo matang, memiliki banyak bulu badan, dan kedua pipinya tidak penuh terisi daging.

Putra-putri Zubair bin Awwam

Nama Putra dan putri Az-Zubair adalah Abdullah, Urwah, Al Mundzir, Ashim, Al Muhajir, Khadijah Al Kubra, Ummul Hasan, dan Aisyah. Semua anak Az-Zubair ini berasal dari istrinya yang bernama Asma' binti Abu Bakar. Sedangkan anak-anaknya yeng bernama Khalid, Amru, Habibah, Saudah, dan Hindun berasal dari istrinya yang bernama Ummu Khalid. Nama asli wanita ini adalah Amah binti Sa'id bin Al Ash.

Anak-anaknya yang bernama Mush'ab, Hamzah, dan Ramlah berasal dari istrinya yang bernama Ar-Rabab binti Anif bin Ubaid. Anaknya yang bernama Ubaidah dan Ja'far berasal dari istrinya, Zainab. Putrinya yang bernama Zainab berasal dari istrinya , Ummu Kultsum binti Uqbah bin Abi Mu'aith. Putrinya lagi yang bernama Khadijah Ash-Shugra berasal dari istrinya, Al Halal binti Qais.

Kisah Perjalanan HIdup Zubair bin Awwam

Dari Abu Al Aswad, dia berkata: “Zuabir bin Awwam memeluk agama Islam ketika dia masih berusia 8 tahun.1)Dia melakukan hijrah ketika berusia 18 tahun. Paman Zubair pernah menguncinya dalam sebuah tempat tahanan. Setelah itu, ruangan tersebut sengaja diasapi dengan cara membakar sesuatu di dalamnya. Lalu pamannya berkata, 'Kembalilah kamu kepada kekufuran!' Namun Zubair berkata, ' Aku tidak akan pernah kufur lagi untuk selama-lamanya'.”

Dari Abu Al Aswad Muhammad bin Abdurrahman bin Naufal, dia berkata, “Zubair memeluk agama Islam setelah Abu Bakar menyatakan keislamannya terlebih dahulu. Dia adalah orang keempat atau orang kelima yang menyatakan keislamannya.”

Dari Abdullah bin Zubair, dari ayahnya, dia berkata, “Pada waktu (usai) perang Uhud, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersumpah untuk menjadikan kedua orang tua beliau sebagai tebusan bagiku.”

Dari Abdullah bin Zubair, dia berkata, ” Pada waktu perang Khandaq aku bersama-sama dengan Umar bin Abu Salamah sedang berada di dalam bangunan tinggi sejenis benteng yang didalamnya terdapat istri-istri Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Benteng itu milik sahabat Hasan. Umar bin Abu Salamah ketika itu mengangkat diriku dan aku juga mengangkat dirinya. Ketika dia mengangkat diriku, aku melihat ayahku melintas di Bani Quraizah. Ayahku (Zubair) ikut berperang bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika perang Khandaq. Lalu ayahku berkata, “Siapa yang mau datang ke Bani Quraizah dan memerangi mereka?” Aku (Abdullah bin Zubair) berkata kepadanya ketika telah pulang, “Wahai ayahku, aku telah melihatmu ketika sedang melintas di Bani Quraizah, Zubair berkata, “Wahai putraku, demi Allah, sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah menjadikan ayah dan ibunya sebagai tebusan untukku. Dalam hal ini Rasulullah bersabda, 'Ayahku dan ibuku menjadi tebusan untukmu'.”(HR. Bukhari-Muslim dalam Shahihain) 2)

Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhu, dia berkata, “Ketika perang Khandaq, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengajak orang-orang untuk berjihad. Zubair menyambut ajakan tersebut. Kemudian Rasulullah kembali mengajak mereka untuk berjihad, lagi-lagi Zubair langsung menyambut ajakan tersebut. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Sesungguhnya setiap Nabi itu memiliki penolong, dan penolongku adalah Zubair'.”(HR. Bukhari-Muslim dalam kitab Shahihhain) 3)

Dari Sa'id bin Al Musayyib, dia berkata, “Orang yang pertama kali menghunuskan pedang dalam fi sabilillah adalah Zubair bin Awwam. Ketika Zubair sedang berada di Mekkah, dia mendengar suara-suara yang menyebutkan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah terbunuh. Maka, dia langsung keluar tanpa menggunakan pakaian lengkap sambil membawa pedang yang terhunus dan nampak mengkilat. Lalu dia ditemui oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam secara berhadapan. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, /'Ada apa denganmu, wahai Zubair?'/ Zubair menjawab, ' Aku telah mendengar berita bahwa Anda telah terbunuh'. Rasulullah bertanya, 'Memang apa yang akan kamu kerjakan?' Dia menjawab, 'Demi Allah, aku hendak menghadapi orang-orang Mekkah'. Maka, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mendoakan kebaikan untuknya.”

Dari Amru bin Mush'ab bin Zubair, dia berkata, “Zubair sudah ikut berperang bersama-sama dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika dia masih berusia 12 tahun. Dia benar-benar ikut melakukan penyerangan terhadap kaum kafir.”

Dari Nuhiak, dia berkata, “Zubair memiliki 1000 orang hamba sahaya yang senantiasa membayar upeti kepadanya (untuk pembebasan dirinya). Namun, tidak ada sedirham pun dari uang upeti itu yang masuk ke kantong pribadinya, dia menyedekahkan semua uang itu.” Di dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Zubair membagi-bagikan uang itu setiap malam. Barulah setelah itu dia pulang ke rumah tanpa membawa uang sepeser pun.

Dari Juwairiyah, dia berkata, “Zubair menjual rumahnya seharga 600.000. Lalu dikatakan kepadanya, “Wahai Abu Abdillah, kamu telah ditipu dalam transaksi jual-beli itu'. Zubair menjawab, 'Demi Allah, tidak, kalian pasti akan tahu bahwa aku tidak tertipu dalam transaksi jual-beli itu! Sebab, semua uangnya akan aku pergunakan untuk keperluan fi sabilillah'.”

Dari Ali bin Zaid, dia berkata, “Aku diberi kabar oleh orang yang pernah melihat Zubair. Menurutnya, dada Zubair mirip mata air karena banyaknya bekas tusukan dan tikaman tombak.”

Dari Qais bin Abi Hazim, dari Zubair bin Awwam radhiyallahu 'anhu, dia berkata, “Barangsiapa diantara kalian ada yang bisa melakukan amal shalih, maka hendaklah dia melakukannya.”

Terbunuhnya Zubair bin Awwam

Zuabir mati terbunuh dalm perang Jamal ketika berusia 75 tahun. Namun ada yang mengatakan bahwa usianya ketika itu adalah 60 tahun atau 50 tahun lebih. Yang telah membunuhnya adalah Ibnu Jurmuz.

Dari Zirr, dia berkata: Ibnu Jurmuz meminta izin untuk menghadap Ali. Ketika itu aku sedang berada di sisinya. Maka Ali berkata, “Beritahukan kepada pembunuh Ibnu Shafiyah (Zubair) bahwa dia akan masuk neraka.” Setelah itu Ali berkata, “Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Sesungguhnya setiap Nabi itu memiliki penolong, dan penolongku adalah Zubair'.”4)

Dari Abdullah bin Zubair radhiyallahu 'anhuma, dia berkata, “Pada waktu perang Jamal, Zubair berwsiat kepadaku mengenai utangnya. Dia berkata, 'Jika aku tidak sanggup membayar utangku, maka minta tolonglah kamu kepada tuanku!'” Abdullah bin Zubair berkata, Demi Allah aku tidak paham apa yang dia maksud. Sampai akhirnya aku berkata, ' Wahai Ayahku, siapakah tuanmu itu!'” Zubair menjawab, “Allah.” Abdullah berkata, “Aku sama sekali tidak khawatir dengan utangya, sebab aku berdoa, 'Wahai Tuhannya Zubair, bayarkanlah utang-utangnya'. Ternyata Allah benar-benar membayar lunas semua utang Zubair.”

Sesungguhnya utang Zubair adalah ketika ada seorang laki-laki yang datang kepadanya dengan membawa sejumlah harta. Lalu lelaki itu menitipkan hartanya kepada Zubair. Namun Zubair berkata, “Aku tidak mau (kalau hanya sekedar titip), akan tetapi aku akan mengembangkan harta tersebut.” Lalu Zubair menghitung uang yang menjadi tanggungannya. Ternyata jumlahnya mencapai 2.200.000. Ternyata, Zubair mati terbunuh dengan tidak meninggalkan satu dinar atau satu dirham pun. Yang dia tinggalkan hanya dua bidang tanah. Maka, aku (Abdullah bin Zubair) menjualnya untuk membayar utang-utangnya. Namun anak keturunan Zubair yang lain berkata, “Berikanlah hak waris untuk kami!” Aku berkata kepada merka, “Demi Allah, aku tidak akan membagikannya kepada kalian, sampai aku mengumumkan kepada orang-orang sebanyak 4 kali, musim haji, siapa diantara mereka yang pernah diutangi Zubair.”

Setiap kali musim haji, Abdullah berkata kepada orang-orang, “Perhatian, siapa yang hartanya pernah diutangi Zubair, maka hendaklah dia datang kepada kami sehingga kami akan membayarnya.” Hal seperti ini terus dia lakukan selama empat kali musim haji. Baru setelah itu, harta waris hasil penjualan tanah itu dibagikan kepada anggota keluarga Zubair.

http://www.sohabat.org/doku.php?id=sohabat:zubair

Tidak ada komentar:

Posting Komentar