paypermails.com
richgoptr.com
workmails.org

Jumat, 02 Januari 2009

TAFSIR SURAH AL-FATIHAH : 5

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

"Hanya kepada Engkaulah kami beribadah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan."

(Al Fatihah : 5)


Perhatikanlah ayat ini dengan cermat. Mengapa Allah Azza wa Jalla tidak mengatakan "Kami beribadah hanya kepada Engkau…" (Na'budu iyyaka), namun justru mengatakan "Hanya kepada Engkaulah kami beribadah…" (Iyyaka na'budu) ? Para ulama menjelaskan bahwa dengan mengucapkan Iyyaka na'budu –mengedepankan "Hanya kepada Engkaulah…" – berarti kita telah memberikan perhatian dan penekanan bahwa kita benar-benar hanya beribadah kepada Allah Azza wa Jalla.

Inti Dienul Islam Ayat ini menggambarkan kepada kita puncak sebuah keta'atan. Yaitu ketika kita telah menyatakan bahwa kita hanya menghamba, tunduk, patuh, berharap dan meminta pertolongan hanya kepada Allah Azza wa Jalla. Itulah sebabnya sebagian ulama salaf mengatakan : "Surah Al Fatihah adalah rahasia Al Qur'an, dan rahasia dari (surah Al Fatihah) itu adalah kalimat ini 'Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in'." Hal itu tidaklah mengherankan, sebab potongan ayat pertama 'Iyyaka na'budu' adalah sebuah bentuk pembebasan diri dari kesyirikan, sementara potongan yang kedua 'Iyyaka nasta'in' adalah sebuah bentuk pembebasan diri dari segala kekuatan dan upaya dengan menyerahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla.

Makna-makna ini banyak disinggung dalam ayat-ayat lain dalam Al Qur'an, seperti :

وَلِلَّهِ غَيْبُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَإِلَيْهِ يُرْجَعُ الْأَمْرُ كُلُّهُ فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ

"Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan." (Huud : 123)

Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah Bila dicermati dengan seksama, maka ayat ini menunjukkan dua jenis tauhid yang sangat penting untuk diyakini oleh setiap manusia, yaitu keyakinan bahwa Allah satu-satunya Dzat Yang menguasai, mengatur dan memberi pertolongan (Rububiyah) dan keyakinan bahwa Allah satu-satunya yang berhak untuk disembah (Uluhiyah). Ibn 'Abbas –radhiallahu 'anhu- ketika menafsirkan Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta'in mengatakan : "Hanya terhadapMu kami mengesakan, merasa takut dan berharap wahai Rabb kami, sungguh hanya kepadaMu dan tidak pada yang lainnya dan hanya kepadaMu kami meminta tolong agar dapat mena'atiMu dan menunaikan semua urusan kami." Adh Dhahhak mengatakan bahwa dalam ayat ini Allah memerintahkan kalian untuk memurnikan penghambaan kalian padaNya dan meminta tolong padaNya dalam menyelesaikan urusan-urusan kalian.

Ibadah Adalah Tujuan Utama Dalam ayat ini, kita juga melihat bagaimana Allah mengedapankan kalimat Iyyaka Na'budu dari kalimat Iyyaka Nasta'in. Ibn Katsir mengatakan bahwa ini untuk menunjukkan bahwa ibadah adalah tujuan utama, sedangkan meminta tolong adalah sarana dan jalan yang mengantarkan kepada ibadah tersebut. Salah satu bukti penting yang menunjukkan bahwa ibadah adalah tujuan utama adalah ketika dalam banyak ayat Allah menyebut RasulNya dengan sebutan hamba ('Abd). Dan secara akal sehat, Allah tidak mungkin menyebut atau menyifati hamba termuliaNya kecuali dengan sebutan yang paling disukaiNya, yaitu hamba Allah ('Abdullah). Allah Ta'ala misalnya mengatakan :

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجَا

"Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al Qur'an) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya"; (Al KAhfi : 1)

تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا

"Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam", (Al Furqan : 1)

فَأَوْحَى إِلَى عَبْدِهِ مَا أَوْحَى

"Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan". (An Najm : 10) Ini semua menunjukkan bahwa seorang muslim sudah sepatutnya bangga untuk menjadi hamba Allah.

Ibadah Jalan Lapang Saat Hati Sempit Allah Azza wa Jalla juga menuntun hamba-hambaNya untuk menapaki jalan ibadah sebagai sebuah jalan lapang di kala menghadapi kesulitan hidup dan hati yang semakin lama semakin sempit. Terutama di kala menghadapi tekanan dari pihak lawan dan musuh.

وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّكَ يَضِيقُ صَدْرُكَ بِمَا يَقُولُونَ(97)فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ(98)وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ(99)

"Dan Kami sungguh-sungguh mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat), dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)." (Al Hijr : 97-99)

Wallahu Ta'ala A'lam.

Sumber : http://www.wahdah.or.id/wis/index.php?option=com_content&task=view&id=56&Itemid=191

Tidak ada komentar:

Posting Komentar